Dahulu
kala, di negara China hiduplah sekawanan harimau yang sangat
berkuasa, mereka memerintah negara dan mengikrarkan diri mereka
sebagai raja dari segala binatang selama kurun waktu berabad-abad
lamanya.
Sampai
suatu hari, datanglah segerembolan tikus merah yang bermaksud merebut
tahta kerajaan menghadap para harimau. Di hadapan raksasa binatang
itu, seekor tikus kepala memproklamirkan bahwa sejak saat itu tikus
akan menggantikan posisi harimau dan seluruh binatang harus tunduk di
bawah pemerintahannya.
Mendengar
perkataan sang tikus merah, sontak membuat para harimau itu gusar dan
berang. Mereka berkumpul dan menyusun rencana guna menyingkirkan
tikus-tikus tersebut. Akan tetapi niat mereka akhirnya tercium juga
oleh para tikus.
Merasa dilecehkan, keluarga tikus segera menyusun rencana balik. Bagi tikus, kabar tersebut bukan sesuatu yang menyenangkan.
Suatu ketika, bertanyalah sang raja harimau kepada tikus kepala “Apa gerangan yang kalian inginkan”.
Dengan
angkuh tikus kepala menjawab, “Wahai yang mulia harimau, jika engkau
menganggap dirimu raja yang bijaksana, kalian tentu menyadari bahwa
kalian sudah terlalu lama memerintah negara ini, maka sekarang,
berikanlah kami kesempatan untuk menggantikan posisi kalian dalam
pemerintahan. Kami akan membuat peraturan baru sesuai kebijaksanaan
kami dan segenap penduduk yang ada di negara ini wajib mematuhi
perintah kami”.
Tikus
menggunakan dalil bahwa dunia zaman sekarang sudah berubah dan hampir
setiap kerajaan besar memberlakukan sistem demokrasi dalam
pemerintahan. Kata “demokrasi” itu sendiri diucapkan sang tikus dalam
bahasa berang-berang yang dirasa ganjil oleh harimau.
Lebih
lanjut, sang tikus berkata bahwa tikus memiliki kekuatan yang lebih
hebat daripada harimau, sebab tubuh mereka membawa kekuatan gaib yang
didapatkan saat berkunjung ke negara-negara lain sebelum menginjakan
kaki di China.
Mulanya
harimau tidak percaya atas apa yang dikatakan sang tikus namun mereka
memutuskan untuk mengalah dan memberi kesempatan kepada tikus untuk
membuktikan ucapannya.
Tatkala
melompatlah sang tikus ke atas kepala harimau dan duduk di atasnya
dengan kepala menengadah dan dada membusung, kemudian bersama harimau
berjalan mengitari hutan belantara. Seluruh binatang menyaksikan mereka
dari kejauhan dan tak ada satupun yang berani mendekat.
Tikus merah telah membuktikan ucapan bahwa dirinya ditakuti semua binatang dan secara tak sadar, harimau itu telah dibodohi oleh ucapan sang tikus. Maka, jadilah harimau menjadi budak sang tikus.
Sejak
saat itu bangsa tikus menduduki kursi kerajaan China. Mereka membuat
permainan harian menggunakan harimau sebagai umpan untuk saling
melukai dan membunuh satu sama lain. Seiring berjalannya waktu, lambat
laun para harimau itu tidak lagi saling menaruh kepercayaan antara
satu dengan lainnya.
Tikus
merah berhasil mempermainkan dan mencuci otak harimau, membuat kaum
harimau percaya bahwa diri mereka sangat hina, lemah, bodoh, bukan
tandingan bagi seekor tikus merah.
Jadilah harimau menjadi budak para tikus merah untuk waktu yang lama, bahkan sangat lama.
Sementara
tikus merah itu sendiri memiliki nama lain yakni ”partai komunis
merah” dan harimau dalam cerita ini adalah rakyat China yang tertindas.